2. Pemimpin Adalah Pelayan Masyarakat
حَدِيثُ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ عَنِ الْحَسَنِ، أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍ عَادَ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ، فَقَالَ لَهُ مَعْقِلٌ: إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَةً فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ إِلاَّ لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ». ﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
Ḥadīṡ riwayat Ma'qil bin Yasār dari al-Ḥasan, ia mengabarkan bahwa ‘Abdullah bin Ziyād telah mengunjungi Ma'qil bin Yasār ketika sakitnya yang menjadikan kematiannya, lantas Ma'qil mengatakan kepadanya; '”Saya sampaikan ḥadīṡ kepadamu yang aku dengar dari Rasulullah ṢallaLlāhu ‘alaihi wasallam , aku mendengar Nabi ṣallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat untuk memimpin suatu rakyat, lalu dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, melainkan ia tak akan dapat mencium bau surga." (Ṣaḥīḥ al-Bukhāriy ḥadīṡ no. 6617)